MOROTAI, KOMPAS.com - Terinspirasi dengan SMK Negeri 2 Solo yang sukses merakit mobil, Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dikjar) Provinsi Maluku Utara (Malut), bertekad mengembangkan SMK Bumi Moro Kabupaten Pulau Morotai untuk bisa menghasilkan produk unggulan berupa perahu dengan bahan baku fiber, untuk kepentingan para nelayan.
“Saya ingin jadikan SMK Bumi Moro bisa seperti SMK Negeri 2 Solo, dengan memproduksi perahu fiber untuk melayani para nelayan,” cetus Prof DR Hi Yunus Namsa, Kepala Dikjar Malut di Morotai. Nelayan dimaksud yakni nelayan di Morotai, dan umumnya di Maluku Utara.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Ternate itu mengatakan, keinginan tersebut bahkan sudah menjadi tekad Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Menyeriusi tekad itu, Dikjar Malut baru-baru ini meluncurkan pusat informasi pendidikan Malut di Kabupaten Pulau Morotai. Pusat informasi pendidikan ini dibentuk dengan tujuan mengembangkan pendidikan di Maluku Utara, utamanya di pendidikan di kawasan perbatasan seperti Kabupaten Pulau Morotai.
Masyarakat Kabupaten Pulau Morotai umumnya bermata pencarian sebagai nelayan. Sehingga bagi Yunus, perlu diberdayakan dengan memanfaatkan potensi lokal. SMK Bumi Moro dinilai mampu menjawab kebutuhan para nelayan di Morotai. Karena itu, perlu ada terobosan teknologi bagi para siswa untuk membantu para nelayan di Morotai. Salah satunya memproduksi perahu dengan berbahan baku fiber untuk diberikan pada para nelayan.
unus juga bertekad agar SMK Bumi Moro dapat memproduksi perahu fiber untuk disumbangkan pada acara puncak Sail Morotai, September 2012 mendatang. “Perahu perahu fiber ini nantinya akan menjadi produk SMK dan disiapkan untuk bisa dipromosikan kepada Presiden SBY saat meninjau langsung hasil kreativitas siswa-siswi SMK Bumi Moro pada saat pelaksanaan Sail,” terangnya.
Beredar kabar, Presiden RI akan berkunjung ke Kabupaten Pulau Morotai pada saat pelaksanaan Sail Morotai 2012. Niat baik Dikjar Malut ini nampaknya membutuhkan kerja keras. Pasalnya, SMK Bumi saat ini masih memiliki banyak kekurangan. Utamanya di bidang infrastruktur maupun guru. Bayangkan saja, sejak didirikan 4 tahun lalu, sampai sekarang belum ada gedung permanen yang bisa digunakan. Proses belajar mengajar pun masih menumpang ke SMPN 1 Pulau Morotai.
“Bangunan SMK Bumi Moro kini sudah dibangun di Desa Juanga yang dibantu oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Pembinaan SMK sebanyak dua ruang kelas belajar. Pengerjaannya kini sudah 90 persen selesai,” kata Yakman Taba, Kepala Sekolah SMK Bumi Moro Pulau Morotai, di Morotai, Selasa (20/03/2012).
SMK bidang kemaritiman ini baru sekali meluluskan siswanya pada tahun lalu. Hingga tahun ini, jumlah siswa SMK Bumi Moro baru mencapai 218 orang. 30 siswa di antaranya merupakan siswa kelas ujian. Sedangkan untuk tenaga pendidik, SMK Bumi Moro hingga kini baru memiliki dua orang tenaga guru yang sudah berstatus PNS, yakni kepala sekolahnya dan satu lagi orang guru.
Praktis, Kepala Sekolah pun harus turun di kelas untuk mengajar. “Tapi kalau bicara kesiapan (ciptakan perahu fiber), kita sudah siap. Hanya saja kita kini masih terkendala dengan infrastrukturnya,” terang Yatman.
Yunus malah tetap optimistis. Kata dia, sebagai daerah perbatasan, Kabupaten Pulau Morotai selalu menjadi wacana publik, baik di tingkat daerah, pusat maupun internasional. Untuk mengembangkan Pulau Morotai, dunia pendidikan di mata Yunus punya peran penting. “Starting point ini sangat jelas, bahwa pendidikan yang harus lebih dahulu menjadi tujuan utama pembangunan Kabupaten Pulau Morotai,” cetusnya.
Dia juga berharap Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat, dapat mendukung keinginan Dikjar Malut tersebut.
Rating: 4.5
Reviewer: Unknown
ItemReviewed: Mungkinkah SMK di Morotai Bikin Perahu Fiber?